Rabu, 19 November 2008

Ketika Amanah Bertambah (Bagian Penutup) Beberapa Pelajaran dari Al Quran Surat Luqman

”Suatu pagi, seorang ayah mengantarkan putrinya menuju ke sekolah. Putrinya menempuh pendidikan formal di sebuah SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu), tidak jauh dari tempat tinggalnya. Dalam perjalanan, sang buah hati mengulang hafalan surat pendek pada juz ke-30, untuk memantapkan hafalannya. Sang ayah pun senantiasa berharap agar putra-putrinya mempunyai pemahaman keIslaman yang baik, dan kelak menjadi manusia-manusia utama, yaitu manusia yang bertaqwa kepada Alloh”. Penulis meyakini, setiap orang tua mempunyai harapan serupa dengan harapan ”sang ayah” tersebut. Agar harapan tersebut dapat tercapai, mutlak diperlukan suri taulan dan pendidikan yang baik bagi anak-anak.

Setiap bentuk pendidikan yang diberikan kepada anak, baik berupa pendidikan formal di lembaga pendidikan, dan pendidikan non-formal, seharusnya mengarahkan anak sesuai dengan fithrah dasarnya, yaitu tauhid (mengesakan Alloh dan memurnikan ketaatan hanya kepada Alloh). Di dalam Al Quran, Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyampaikan sepenggal kisah seorang manusia sholih, Luqman, dalam menyampaikan pendidikan kepada putra-putranya. Tentunya kisah dalam Al Quran dimaksudkan agar dapat dijadikan ibrah (pelajaran) bagi manusia, terutama bagi insan-insan yang beriman kepada Alloh.

Bila kita mengkaji Al Quran surat Luqman, yaitu surat ke-31, ada beberapa hal mendasar yang harus diajarkan kepada anak usia dini. Hal-hal tersebut meliputi:

(1) Mengajarkan anak untuk mengesakan Alloh, dan memurnikan ibadah dan ketaatan hanya kepada Alloh, dan tidak menyekutukan Alloh dengan apa pun.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:



Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar" (Surat Luqman [31]: 13).


(2) Menanamkan pemahaman kepada anak bahwa Alloh Maha Mengetahui terhadap semua perbuatan yang dilakukan oleh manusia, meskipun perbuatan tersebut hanya sebesar atom ataupun biji sawi.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:



Artinya: (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus(*) lagi Maha mengetahui (Surat Luqman [31]: 16).

Kesadaran ini merupakan kendali yang sangat kuat bagi anak (juga bagi manusia pada umumnya) untuk mencegah perbuatan dosa dan kemaksiatan.

Keterangan: (*) Yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya.

(3) Mengajarkan anak untuk menegakkan sholat, mendidik anak sehingga tumbuh menjadi seorang da’i, dan membiasakan anak bersabar terhadap segala sesuatu (kesulitan) yang menimpanya.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:



Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah (Surat Luqman [31]: 17).

Perlu diingat bahwa menjadi seorang da’i tidak identik dengan penceramah, muballigh ataupun orang yang terbiasa memberikan khutbah. Apapun profesi yang dipilih oleh anak (guru, dokter, pebisnis, petani, maupun profesi lainnya) tidak menjadi penghalang dalam aktivitas dakwah, yaitu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Selain itu, aktivitas dakwah dapat diajarkan kepada anak sejak dini. Sebagai contoh, kita meminta anak untuk mengingatkan kita bila berbuatan kesalahan, atau meminta anak sulung mengajak adik-adiknya mengerjakan sholat lima waktu dan mengkaji Al Quran bersama-sama.

Sebagai uraian penutup, upaya pendidikan kepada anak tersebut mutlak diiringi dengan teladan yang baik dari orang tua. Tanpa adanya keteladanan dari orang tua, pendidikan kepada anak tidak akan berhasil dengan baik.

Ya Alloh, ...
Jadikanlah kami, pasangan-pasangan kami, dan anak-anak kami termasuk golongan orang-orang yang mendirikan sholat. Bimbinglah kami semua agar senantiasa berada pada jalan lurus, yaitu jalan-Mu.

Bandung, Jawa Barat
Rabu, 19 November 2008 (21 Dzulqa’dah 1429 H)